GHIRAH ISLAM Harus dengan Cinta - Kasih
Akhir-akhir ini, meskipun semangat berislam bertambah semakin tinggi, namun dalam memahami ajaran Islam sendiri cenderung semakin melemah. Banyak ajaran-ajaran Agama yang difahami begitu sempit, salah satunya yang paling fatal adalah memahami “Ibadah” sebagai ritual-ritual yang hanya berhubungan dengan Allah saja, hingga moralitas-moralitas kehidupan sosial kurang begitu mendapat perhatian bahkan cenderung dilalaikan. Dampaknya “fenomena kebencian” perlahan demi perlahan mulai membudaya di Negeri kita tercinta ini.
Semangat beragama yang betul-betul telah didasari atas kecintaan kepada Allah SWT. dan Baginda Nabi Muhammad SAW. Seharusnya membawa kedamaian, kerukunan, serta menebar rasa cinta-kasih kepada sesama, bukan malah saling bertikai atau menebar kebencian dan teror di mana-mana.
Syaikh Said Ramadlan al-Bouthi dengan tepat menyatakan :
ومن ثمرات محبةالعبد لله عز وجل أنه يشفق على كل من ينتمي إلى الله بنسب العبودية له وأنه يحبهم بأن يحب لهم سعادة العاجلة والعقبى والنجاة من غضب الله وعقابه . وهذا لا يتعارض مع ما هو مقرر من ضرورة البغض في الله ما ينبغي أن يتجه إلى الشخص من حيث ذاته بل يتجه إلى المعصية التي تلبس بها أو إلى الكفر الذي أصر عليه
“Salah satu buah kecintaan seorang hamba kepada Allah adalah memperlakukan seluruh hamba-Nya dengan penuh kasih-sayang dan kecintaan. Serta tiada henti berharap keselamatan mereka di Dunia dan Akhirat. Rasa kasih-sayang ini tidak kontradiksi dengan perintah-Nya agar “membenci karena Allah”(al-bughdlu fillah) sebab “al-Bughdlu Fillah” ini hanya terbatas pada Wilayah pekerjaan mereka saja (kemaksiatan dan kekufuran) tidak sampai pada Manusianya.
Dengan demikian, tidak benar jika penggiringan opini yang berkembang belakangan ini, bahwa “Islam harus disebar dengan kekerasan dan peperangan". Sebab, opini tersebut terdustakan oleh bagaimana Al-Qur'an menjelaskan tentang sesungguhnya Islam:
وَما أَرْسَلْناكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ (الأنبياء : ٢١)
"Tidaklah Aku utus engkau kecuali sebagai Rahmat bagi Alam semesta."
Jika Rasulullah SAW. diutus sebagai Rahmat untuk Alam semesta maka seluruh yang dibawa oleh Beliau adalah “kasih-sayang” untuk seluruh Alam semesta. menyebarkan Islam dengan kekerasan sama artinya dengan menganggap sudah tidak relevan cara berdakwah Nabi Muhammad SAW. Yang penuh dengan kasih-sayang. Padahal Al-Qur’an telah menyebutnya sebagai kunci kesuksesan Dakwah Rasulullah SAW.
فَبِما رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu dapat berprilaku lemah lembut terhadap mereka. Andaikan kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (QS.Ali Imran :159)”
Semangat berIslam yang tepat adalah dengan berlomba-lomba memperoleh balasan mahabah dari Allah SWT. Dia (Allah) telah menyebutkan lewat pesan yang dibawa hamba terkasih-Nya, Nabi Muhammad SAW, tentang bagaimana seorang Hamba bisa memperoleh mahabah-Nya :
حقَّتْ مَحَبَّتِي عَلَى الْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَحقَّتْ مَحَبَّتِي عَلَى الْمُتَنَاصِحِينَ فِيَّ، وَحقَّتْ مَحَبَّتِي عَلَى الْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ، وَحقَّتْ مَحَبَّتِي عَلَى الْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ
“Sungguh nyata kecintaanKu terhadap hamba-hambaKu yang saling mencintai satu sama lain, saling memberi nasihat, saling menyambung kekerabatan, saling mengunjungi rumahnya, dan saling memberi diantara mereka.”
Dengan begitu menariknya Syaikh Sa'id Ramadlan al-Bouthi memahami kandungan Hadist tersebut. dalam sebuah pernyataannya beliau menyebutkan:
“budaya saling menasehati, menyambung kekerabatan, mengunjungi rumah satu sama lain, dan budaya saling berbagi, tidak lain adalah buah dari kecintaan yang telah terpupuk diantara mereka, mustahil kesemuanya ditemukan tanpa adanya perasaan Cinta diantara mereka.”
Dalam sudut pandang hukum taklifi (Halal-Haram) Syaikh Wahbah az-Zuhaili memiliki pandangan yang juga tak kalah menarik :
أما حب الإنسانية والناس فهو مندوب إليه كما جاء في الحديث السابق "لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه " لأن الانسان صنع الله تعالى ومن مخلوقاته.
“mencintai kemanusiaan atau manusia hukumnya adalah Sunnah sebagaimana kandungan hadist yang telah lalu “tidak akan sempurna Iman seseorang hingga Ia mencintai saudara mereka layaknya mencintai dirinya sendiri. Sebab manusia adalah ciptaan Allah SWT.”
Maksud dari mustahabnya “Mahabah kemanusiaan” menurut ilmuan kontemporer ini, jika konsisten dengan pondasi berfikir yang dibangun Ulama Salaf tentunya mengarah pada konteks “ jika motivasi mahabahnya adalah kepentingan Agama, dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Sang Pencipta serta menjauh dari mendurhakaiNya.
Komentar
Posting Komentar